ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN DENGAN INFEKSI TORCH
Oleh
Kelompok XII:
Hairuddin
Darratul
Qomariyah
Maftuhah
Rustini
S1
KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
ARTHA
BODHI ISWARA
SURABAYA
2013
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela,
cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex) adalah sekelompok infeksi yang
dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi
TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.
Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan
darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif,
selanjutjnya disarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit
cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases. Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases. Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.
TORCH tidak hanya
berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga bisa meyerang orang tua,
anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa
menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala misalnya), menyebabkan sering
timbul radang tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian,
pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya.
Diagnosis dilakukan
dengan tes ELISA. Ditemukan bahwa antibodi IgM menunjukkan hasil positif 40
(10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%) untuk Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan
14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG menunjukkan hasil positif 160 (42.10%)
untuk Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145
(33.58%) untuk HSV-II.
http://dannysatriyo.blogspot.com/2013/01/torch.html.
Diakses pada tanggal 10 mei 2013. Pukul 22.15 wib.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah mahasiswa
mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan dan mengetahui infeksi TOURCH pada ibu
hamil.
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
a. Apa
definisi dari TOURCH
b. Bagaimana
etiologi dari TOURCH
c. Bagaimana
penatalaksanaan pada pasien dengan infeksi TOURCH
d. Bagaimana
asuhan keperawatannya
BAB II
Landasan Teori
2.1definisi
Definisi TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan
dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
dan Herpes.
2.1.1 TOXOPLASMOSIS
Definisi Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang
disebsbkan oleh toxoplasma gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak
menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yang terinfeksi .
Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii
Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii
2.1.2 MANIFESTASI KLINIS
·
Sakit
Kepala
·
Lemah
·
Sulit
berpikir jernih
·
Demam
·
Mati
rasa
·
Koma
·
Serangan
jantung
·
perubahan pada penglihatan (seperti
penglihatan ganda, lebih sensitif terhadap cahaya terang, atau kehilangan
penglihatan)
·
kejang
otot, dan sakit kepala parah
2.1.3 PATOFISIOLOGI
1) Kucing
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing.
kucing tersebut terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan
daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan
oocyst yang terdapat pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus menerus sampai
sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing
sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika
dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah
1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel
berada di atasnya dan akan terbawa arus air hujan. Sisa oocyst dapat bertahan
hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif
2.1.4 PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan
keguguran atau bayi lahir mati. Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat
dewasa.
2.1.5 PENATALAKSANAAN
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk
takizoid T. gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya.
Pirimetamin dan sulfonamide
Spiramisin adalah antibiotic makrolid
Klindamisin
azitromisin.
2.2 Rubella
2.2 Rubella
Definisi suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan
dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly
Etiologi Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam
penyababnya tidak membutuhkan vector.
2.2.1 MANIFESTASI KLINIS
-
Demam ringan
-
Merasa mengantuk
-
Sakit tenggorok
-
Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah
keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
-
Kelenjar leher membengkak
-
durasi 3 – 5 hari
2.2.2PATOFISIOLOGI
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan
menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar
keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke
sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella
akan dieksresikan dari faring selama. pada rubella yang kongenal saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal
ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk
mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan
baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya
infeksi ulangan.
2.2.3 PATOFLOW
Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil
muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada
bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah 50%,
sedanggkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25%
Rubella dapat menimbulkan abortfus, anomaly congenital dan infeksi pada
neonates (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)
Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan
sering menyebabkan cacat bawaan pada janin.
2.2.4 PENATALAKSANAAN
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan
infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi.
Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama
wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil
atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin
berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan
meskipun sangat jarang .
2.3 CMV (CITOMEGALO VIRUS)
1. CMV adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga
virus herpes.
2. CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat
system kekebalan tubuh lemah.
2.3.1 KLASIFIKASI
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan hamper
semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
·
CMV
nefritis( ginjal).
·
CMV
hepatitis( hati).
·
CMV
myocarditis( jantung).
·
CMV
pneumonitis( paru-paru).
·
CMV
retinitis( mata).
·
CMV
gastritis( lambung).
·
CMV
colitis( usus).
·
CMV
encephalitis( otak )
2.3.2 ETIOLOGI
·
citomegalo
virus
2.3.3 MANIFESTASI KLINIS
·
Petekia
dan ekimosis.
·
Hepatosplenomegali.
Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
·
Retardasi
pertumbuhan intrauterine.
·
Prematuritas.
Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
·
Gejala
lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
·
Purpura.
·
Hilang
pendengaran.
·
Korioretinitis;
buta.
·
Demam.
·
Kerusakan
otak.
2.3.4 PATOFISIOLOGI
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
congenital di amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui
kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur,
secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini
adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah
tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan.
Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah
infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi
masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah
penyakit ini.
2.3.5 PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi
gejala(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan
pernapasan).
2.4 HERPES
Adalah suatu penyakit menular seksual didaerah kelamin,
kulit disekeliling rectum /daerah disekitarnya disebabkan oleh virus Herpes
Simplek.
Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan
sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
2.4.1 KLASIFIKASI
Terdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu :
a. HSV – 1
b. HSV – 2
2.4.2 MANISFETASI KLINIK
a. Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan
gatal pada kulit region genitalis.
b. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan
setelah2 – 3 hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai
rasa nyeri.
2.4.3 PATOFISIOLOGI
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody
maka infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat.
Ini disebut infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf
sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana
secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama kali tidak terjadi
gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibody sehingga pada serangan
berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada
faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan multiplikasi kembali
sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai
antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor pencetus,
virus akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi
infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka
gejalanya tidak seberat infeksi primer.
Dampak pada kehamilan dan persalinan
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui
plasenta
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari
vagina ke janin apabila ketuban pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung
pada waktu bayi lahir.
2.4.4 PENATALAKSANAAN
Wanita hamil
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6
minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam 4 jam
sesudah pecah ketuban. sedang untuk herpes genitalis sekunder SC tidak
dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat persalinan dianjurkan
untuk SC
Bayi
baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes konginetal dan kalau perlu
kultus virus. kalau ibu aktif menderita herpes genitalis maka bayinya diberi
acyclovir 3 dd 10 mg/kg B selama 5 – 7 hari
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a.
Identitas klien
b.
Keluhan utama: demam
c.
Riwayat kesehatan: Suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan, mual dan
muntah, nyeri otot.
d.
Riwayat kesehatan dahulu:
Klien sering berkontak langsung dengan binatang
Klien sering mengkonsumsi daging setengah atang
Klien pernah mendapatkan transfusi darah
f.
Data psikologis
g.
Data psikospiritual
h.
Data social dan ekonomi
i. Pemeriksaan fisik
·
Mata:
nyeri, acites
·
Sistem
pencernaan: diare, mual dan muntah
·
Integument:
suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya rash pada kulit
3.2 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anti-Toxoplasma
IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma)
Anti-Rubella
IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
Anti-CMV
IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
Anti-HSV2
IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses infeksi
2.
Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit
3.
Kekurangan
volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
3.4 INTERVENSI
Diagnose
1: Nyeri b/d adanya proses infeksi / inflamasi.
Tujuan
: mengurangi nyeri
Kriterian
hasil :Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol
Klien
tampak rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi
a.
Berikan
lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan.
R/ menurunkan reaksi stimulasi dari
luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/reaksi.
b.
Tingkatkan
tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
R/ menurunkan gerakan yang dapat
meningkatkan nyeri.
c.
Kolaborasi
dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic seperti asetamenofen.
R/ Untuk menghilangkan rasa nyeri
yang berat.
Diagnose
2: Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan
suhu 39, 50C , tubuh menggigil
Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
Kriteria hasil: Terjadi peningkatan suhu
Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh
Peningkatan tingkat pernapasan
Intervensi :
1)
Monitor
tanda-tanda vital : suhu tubuh
R :
Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi
2)
Ajarkan klien
pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat sedikitnya 2000ml/ hari untuk
mencegah dehidrasi
R :
Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi
3)
Berikan kompres
dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur
R :
Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
4)
Anjurka klien
untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R :
Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur, juga
akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
Diagnose
3: Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
ditandai dengan, diare
Tujuan: memenuhi kebutuhan cairan tubuh
Kriteria
hasil: Mempertahankan volume sirkulasi adekuat, Tanda – tanda vital dalam batas
normal, Nadi ferifer teraba, Haluaran urine adekuat, Membrane mukosa
lembab,Turgor kulit baik.
Intervensi :
1)
Awasi pemasukan
diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan
makan pagi paling besar.
R : Makan banyak
sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama
siang hari, membuat maskan makanan yang sulit pada sore hari.
2)
Berikan
perawatan mulut sebelum makan;
R :
Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.
3)
Anjurkan makan
pada posisi duduk tegak.
R : Menurunkan
rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4)
Konsul pada
ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien,
dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
R : Berguna
dalam program diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi individu
DAFTAR PUSTAKA
Ida
Bagus Gd manuaba.2007.pengantar kuliah obstetric.EGC. Jakarta
http://dannysatriyo.blogspot.com/2013/01/torch.html.
Diakses pada tanggal 10 mei 2013. Pukul 22.15 wib
Doengos Merlyn E. Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar